TERBANYAK

10.001 KM – Bergerak dan Menggerakkan

Perjalanan ini penuh dengan cerita suka dan duka yang datang dari sahabat saya, ya betul, beliau adalah Bapak Damanto. Beliau mulai menorehkan tinta perjuangannya di wadah ini pada tahun 2019, bersama dengan saya. Sebelum benar-benar masuk ke dalam dunia perjuangan ini, kami terlebih dahulu ditempa dalam sebuah tes selama dua hari satu malam, di tempat dan suasana yang sama. Dari sana, kami melangkah membawa cerita masing-masing, menapaki perjalanan dengan sejarah yang berbeda. Bapak Damanto memulai kariernya sebagai seorang marketing, sementara saya berangkat dari posisi koordinator. Begitulah takdir mengatur jalan kami. Berkat kegigihan dan keseriusan beliau dalam menjalankan amanah, Alhamdulillah, kami akhirnya dipertemukan di posisi yang sama memulai babak baru bersama. Sejak itu, kami berusaha meninggalkan jejak perjalanan yang tidak hanya diukur oleh kilometer, tetapi juga mampu memberi semangat kepada siapa pun yang melewatinya. Setiap langkah, setiap pergerakan, menjadi...

Terima Kasih BMT NU Ngasem Jawa Timur



 

Perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, mungkin ini yang sering terucap dari mulut Perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, mungkin ini yang sering terucap dari mulut seseorang ketika mengalami momen berharga dalam hidupnya yang tak terduga. Malam yang sunyi di bawah rembulan membawa suasana yang menyentuh hati, cahaya bulan menghiasi, dan lantunan ayat suci Al-Quran terdengar dari segala penjuru, utara, selatan, barat, timur, Al-Quranul Karim bersahutan oleh hamba yang beriman. Suasana ini hanya bisa kita rasakan selama satu bulan dalam setahun, yaitu di bulan suci Ramadan.

Ketika pandangan menghilang di dalam rumah, aku terdorong untuk menulis sesuatu yang nantinya akan dibaca oleh anak cucuku. Pada malam ini, kutitipkan tulisan ini untuk mereka, dengan harapan bisa menjadi inspirasi dalam menjalankan peran kehambaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

TERIMA KASIH YA ALLAH, TERIMA KASIH BMT NU NGASEM JAWA TIMUR, TERIMA KASIH IBU DAN ALM. BAPAK SAYA, TERIMA KASIH ISTRIKU TERCINTA, TERIMA KASIH SAUDARA SAUDARAKU, TERKHUSUS TERIMA KASIH KEPADA YANG MENINGGALKAN LUKA KECEWA DALAM HATI, YANG MEMBUAT DIRI INI MENGAMBIL JALAN ALLAH YANG SUDAH DISIAPKAN. I GOT IT.

Berjumpa dan melaksanakan ibadah di tanah suci Makkah Al Mukaromah adalah impian mulia bagi setiap Muslim di seluruh dunia. Terlebih lagi, jika bisa melakukannya di bulan suci Ramadhan, seperti yang disabdakan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW, “Barang siapa yang berumroh di bulan suci Ramadhan, pahalanya sama dengan haji bersamaku.” SubhanAllah walhamdulillah, sungguh berkah yang luar biasa. Qadarullah, seorang pemuda bernama Achmad Muzaqi mendapatkan kesempatan istimewa untuk beribadah di tanah suci Makkah Al Mukaromah pada bulan suci Ramadhan, tepatnya bertepatan dengan 4 hari puasa bulan suci Ramadhan. Qadarullah, meskipun sejak kecil tidak pernah terbayang atau berimpian untuk bisa beribadah di sana.

Seperti umumnya kehidupan seseorang, masa lalu pasti penuh dengan suka dan duka. Namun, kehidupan Muzaqi berbeda. Kehidupannya bisa digambarkan seperti minuman es teh tanpa gula, yaitu hambar. Orang tuanya pastinya sudah mendidiknya dengan baik seperti orang tua pada umumnya, tapi entah mengapa Muzaqi saat kecil hingga lulus sekolah MTS memiliki pola hidup yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Tidak bisa digambarkan, tidak ada prestasi yang dibanggakan, dan yang lebih menyedihkan lagi adalah kekhawatiran orang tuanya terhadap masa depan anaknya akan seperti apa.

Jelas berbeda kalau dibandingkan dengan kehidupan anak pada umumnya, muzaqi dulu waktu masih sekolah SD sampai sekolah MTS adalah  seorang anak yang tidak mengenal kehidupan luar, yang dia kenal yaitu antara halaman tetangga, anak kecil dan rumah. Teman yang lain sedang bermain sepeda, zaki cukup bermain pasir pasiran bersama anak kecil. yang lain bermain sepeda keluar kampung, zaki hanya bisa bermain dengan anak tetangganya. Seperti itulah sirklus kehidupan muzaqi wakti kecil sampai lulus MTS.

 

Bagaimana kehidupan pemuda bernama achmad muzaqi setelah dia lulus sekolah MTS N Mojoagung? Diantarkan oleh seorang bapak menuju dasar lautan ilmu (BAHRUL ULUM), menyelam tanpa bantuan alat oksigen, hanya berbekal yakin dan pasrah. Tahun demi tahun sudah dijalankan. Saat ini achmad muzaqi berusia 31 sudah beristri dan di anugerahi anak kedua yang bernama Adiba Zakiyatun Nusroh Asshakila berusia 5 tahun. “Barokah itu nyata, doa orang tua itu melangit”. Kata itulah yang bisa mneggambarkan perubahan kehidupan dari seorang achmad muzaqi. Tanpa meyakini hal tersebut mungkin achmad muzaqi tidak akan bisa menulis seperti ini.

 

Achmad Muzaqi mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah, melalui BMT NU Ngasem, dengan kesungguhan dan semangat yang tinggi. Ia menghadapi tantangan dan rintangan dengan penuh keyakinan, bertekad mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan akhirnya, ia berhasil menggapainya.

SEKALI LAGI

 

TERIMA KASIH YA ALLAH, TERIMA KASIH BMT NU NGASEM JAWA TIMUR, TERIMA KASIH IBU DAN ALM. BAPAK SAYA, TERIMA KASIH

 

ISTRIKU TERCINTA, TERIMA KASIH SAUDARA SAUDARAKU, TERKHUSUS TERIMA KASIH KEPADA YANG MENINGGALKAN LUKA KECEWA DALAM HATI, YANG MEMBUAT DIRI INI MENGAMBIL JALAN ALLAH YANG SUDAH DISIAPKAN. I GOT IT.


 

Komentar