TERBANYAK

10.012 KM

  10.012 KM, perjalanan yang tidak mudah, perjalanan yang penuh dengan lika liku, tapi saya sadar bahwa hidup ya harus seperti itu biar bermakna dan berkesan. Angka, iya betul. Angka 12 adalah tanggal dimana saya lahir di bumi pertiwi ini, tiba tiba saya teringat dengan tulisan saya 10 tahun yang lalu. Langsung saja ini adalah tulisan saya yang masih saya simpan di memori laptop Suara katak yang terdengar merdu malam itu menemani kesendirianku. Aku melirik jam dinding di kamar pondok, dan oh tidak jarum pendeknya sudah menunjuk angka tiga dini hari. Namun, mata ini masih saja enggan terpejam, seolah ada sesuatu yang menghalangi. Aku duduk seorang diri di kamar kenangan itu. Di hadapanku tergeletak sebuah laptop usang yang dulu begitu setia menemaniku saat menyelesaikan studi di salah satu universitas di Surabaya. Malam yang sunyi membuat tanganku gatal untuk kembali membuka laptop itu. Sejenak aku menarik napas panjang, menatap sekeliling. Teman sekamarku sudah tertidur pulas,...

6.000 KILOMETER

 



6.000 kilometer di bulan keenam tahun 2025.

Puji syukur kepada Allah, selalu bersyukur dan terus bersyukur. Setiap kilometer menyimpan cerita dan pelajaran tersendiri. Khususnya pada kilometer ke-6.000, terdapat kisah yang cukup menegangkan. Bayangkan, ketika dalam perjalanan pulang dari acara peningkatan kapasitas di ruang VVIP BMT NU Ngasem Group, tiba-tiba di tengah jalan, tepatnya di hutan antara Kecamatan Malo dan Kecamatan Senori, yang dikenal sebagai Alas Banyurip Malo, lampu depan sepeda motor saya mendadak mati. Penglihatan menjadi gelap, dan saya merasa merinding serta harus melaju perlahan sambil menunggu kendaraan lain melintas. Namun, setelah hampir 4 kilometer, tidak ada juga kendaraan yang melintas.

Tepat sebelum gapura masuk wilayah Banyu Urip, akhirnya ada mobil yang lewat. Puji syukur, saya dapat memanfaatkan penerangannya.

Enam bulan telah berlalu, dan masih ada hal-hal yang belum terpecahkan. Enam bulan, kilometer 6.000. Enam bulan, yang A belum bisa menjadi B. Enam bulan, kilometer 6.000.

Enam bulan, kilometer 6.000. Pintu kesadaran mulai terbuka perlahan. Enam bulan, kilometer 6.000. Entah apa yang dipikirkan orang lain tentang diri saya. Enam bulan, kilometer 6.000. Bersikap acuh, apakah sama dengan tidak berubah? Enam bulan, kilometer 6.000. Saya yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam diri ini.

Terima kasih kepada si hijau, untuk perjalanan 6.000 kilometer ini. Terima kasih karena kemarin di Kecamatan Soko telah memeluk saya di atas aspal yang kasar, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang luar biasa hingga membekas di kaki dan tangan, dan terima kasih telah bersedia menemani setiap hari saya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Semoga yang tak terduga akan menjadi sesuatu yang baik.

Komentar