TERBANYAK

10.001 KM – Bergerak dan Menggerakkan

Perjalanan ini penuh dengan cerita suka dan duka yang datang dari sahabat saya, ya betul, beliau adalah Bapak Damanto. Beliau mulai menorehkan tinta perjuangannya di wadah ini pada tahun 2019, bersama dengan saya. Sebelum benar-benar masuk ke dalam dunia perjuangan ini, kami terlebih dahulu ditempa dalam sebuah tes selama dua hari satu malam, di tempat dan suasana yang sama. Dari sana, kami melangkah membawa cerita masing-masing, menapaki perjalanan dengan sejarah yang berbeda. Bapak Damanto memulai kariernya sebagai seorang marketing, sementara saya berangkat dari posisi koordinator. Begitulah takdir mengatur jalan kami. Berkat kegigihan dan keseriusan beliau dalam menjalankan amanah, Alhamdulillah, kami akhirnya dipertemukan di posisi yang sama memulai babak baru bersama. Sejak itu, kami berusaha meninggalkan jejak perjalanan yang tidak hanya diukur oleh kilometer, tetapi juga mampu memberi semangat kepada siapa pun yang melewatinya. Setiap langkah, setiap pergerakan, menjadi...

6.000 KILOMETER

 



6.000 kilometer di bulan keenam tahun 2025.

Puji syukur kepada Allah, selalu bersyukur dan terus bersyukur. Setiap kilometer menyimpan cerita dan pelajaran tersendiri. Khususnya pada kilometer ke-6.000, terdapat kisah yang cukup menegangkan. Bayangkan, ketika dalam perjalanan pulang dari acara peningkatan kapasitas di ruang VVIP BMT NU Ngasem Group, tiba-tiba di tengah jalan, tepatnya di hutan antara Kecamatan Malo dan Kecamatan Senori, yang dikenal sebagai Alas Banyurip Malo, lampu depan sepeda motor saya mendadak mati. Penglihatan menjadi gelap, dan saya merasa merinding serta harus melaju perlahan sambil menunggu kendaraan lain melintas. Namun, setelah hampir 4 kilometer, tidak ada juga kendaraan yang melintas.

Tepat sebelum gapura masuk wilayah Banyu Urip, akhirnya ada mobil yang lewat. Puji syukur, saya dapat memanfaatkan penerangannya.

Enam bulan telah berlalu, dan masih ada hal-hal yang belum terpecahkan. Enam bulan, kilometer 6.000. Enam bulan, yang A belum bisa menjadi B. Enam bulan, kilometer 6.000.

Enam bulan, kilometer 6.000. Pintu kesadaran mulai terbuka perlahan. Enam bulan, kilometer 6.000. Entah apa yang dipikirkan orang lain tentang diri saya. Enam bulan, kilometer 6.000. Bersikap acuh, apakah sama dengan tidak berubah? Enam bulan, kilometer 6.000. Saya yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam diri ini.

Terima kasih kepada si hijau, untuk perjalanan 6.000 kilometer ini. Terima kasih karena kemarin di Kecamatan Soko telah memeluk saya di atas aspal yang kasar, terima kasih telah memberikan kasih sayang yang luar biasa hingga membekas di kaki dan tangan, dan terima kasih telah bersedia menemani setiap hari saya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Semoga yang tak terduga akan menjadi sesuatu yang baik.

Komentar