Tak
pernah terbayangkan sebelumnya bahwa langkah kaki saya akan sampai sejauh ini.
Di balik setiap perjalanan, selalu ada sosok yang menjadi cahaya penuntun, dan
bagi saya, beliau adalah KH. Miftahul Asror. Doa dan restu dari beliau menjadi
salah satu wasilah yang mengantarkan saya melewati medan perjuangan, hingga
berdiri pada posisi saat ini. Bukan karena hebatnya saya, tapi karena besarnya
bimbingan dan keberkahan doa dari beliau.
Tahun-tahun
awal di Kecamatan Parengan adalah masa yang tidak mudah. Ketika saya pertama
kali dipercaya untuk mengemban amanah di cabang Parengan, saya dihadapkan pada
situasi yang benar-benar "kosong". Wilayahnya masih asing, belum
banyak gerak organisasi yang terstruktur, dan saya datang seperti membuka
lembaran putih yang belum bertuan, dan belum bertinta.
Lebih
dari itu, saat itu saya baru saja memiliki buah hati berusia dua bulan. Setiap
pagi saya meninggalkan rumah saat ia masih terlelap, dan pulang pun saat ia
kembali terlelap. “Berangkat masih tidur, pulang sudah tidur,” begitu saya
sering menyebutnya. Tapi begitulah perjuangan, penuh pilihan, penuh
pengorbanan.
Di tengah
jalan yang masih sepi itu, Allah menghadirkan sosok pembimbing. KH. Miftahul
Asror bukan hanya seorang pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Hikmah Karang
Sukorejo Parengan dan Kepala SMK Miftahul Hikmah, tapi juga pemimpin yang
hidupnya melekat dengan perjuangan. Saat saya masuk di Kecamatan Parengan,
beliau menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah MWCNU dari tahun 2019 hingga 2024.
Jiwa organisasinya begitu kuat, semangatnya tak pernah padam, dan
kesederhanaannya justru menjadi sumber kekuatan.
Beliau
bukan tipe pemimpin yang duduk di menara gading. Meskipun memiliki banyak
santri dan jadwal mengaji yang padat di berbagai wilayah, beliau tetap hadir di
tengah-tengah kami, mendorong, memotivasi, dan mendoakan. Dan kini, alhamdulillah,
beliau dipercaya sebagai Sekretaris PCNU Tuban – sebuah amanah besar yang
sepadan dengan dedikasi beliau selama ini.
Namun,
sebelum saya mengenal langsung sosok beliau, ada satu orang yang menjadi
jembatan, Bapak Muhtadin, atau yang akrab kami sapa Pak Tadin. Beliaulah
sekretaris MWCNU Parengan pada masa itu. Lewat tangan dinginnya, saya
dikenalkan dan disambungkan kepada Pak Yai Mifta. Sebuah pertemuan yang membawa
banyak keberkahan dalam hidup dan perjuangan saya sampai hari ini.
Saya tak
mampu membalas segala kebaikan dan bimbingan yang telah beliau berikan. Namun,
dari lubuk hati yang terdalam, saya panjatkan doa:
Jazakumullah
khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan lahir dan batin kepada beliau,
menguatkan langkah perjuangannya di jalan Allah, melancarkan segala urusan, dan
menjadikan keluarganya keluarga yang sakinah, mawaddah, rohmah wa barokah.
Semoga usia beliau berkah, dan semua yang beliau jalani pun diliputi
keberkahan. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar