TERBANYAK

10.012 KM

  10.012 KM, perjalanan yang tidak mudah, perjalanan yang penuh dengan lika liku, tapi saya sadar bahwa hidup ya harus seperti itu biar bermakna dan berkesan. Angka, iya betul. Angka 12 adalah tanggal dimana saya lahir di bumi pertiwi ini, tiba tiba saya teringat dengan tulisan saya 10 tahun yang lalu. Langsung saja ini adalah tulisan saya yang masih saya simpan di memori laptop Suara katak yang terdengar merdu malam itu menemani kesendirianku. Aku melirik jam dinding di kamar pondok, dan oh tidak jarum pendeknya sudah menunjuk angka tiga dini hari. Namun, mata ini masih saja enggan terpejam, seolah ada sesuatu yang menghalangi. Aku duduk seorang diri di kamar kenangan itu. Di hadapanku tergeletak sebuah laptop usang yang dulu begitu setia menemaniku saat menyelesaikan studi di salah satu universitas di Surabaya. Malam yang sunyi membuat tanganku gatal untuk kembali membuka laptop itu. Sejenak aku menarik napas panjang, menatap sekeliling. Teman sekamarku sudah tertidur pulas,...

Cahaya Dari Parengan

 





Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa langkah kaki saya akan sampai sejauh ini. Di balik setiap perjalanan, selalu ada sosok yang menjadi cahaya penuntun, dan bagi saya, beliau adalah KH. Miftahul Asror. Doa dan restu dari beliau menjadi salah satu wasilah yang mengantarkan saya melewati medan perjuangan, hingga berdiri pada posisi saat ini. Bukan karena hebatnya saya, tapi karena besarnya bimbingan dan keberkahan doa dari beliau.

Tahun-tahun awal di Kecamatan Parengan adalah masa yang tidak mudah. Ketika saya pertama kali dipercaya untuk mengemban amanah di cabang Parengan, saya dihadapkan pada situasi yang benar-benar "kosong". Wilayahnya masih asing, belum banyak gerak organisasi yang terstruktur, dan saya datang seperti membuka lembaran putih yang belum bertuan, dan belum bertinta.

Lebih dari itu, saat itu saya baru saja memiliki buah hati berusia dua bulan. Setiap pagi saya meninggalkan rumah saat ia masih terlelap, dan pulang pun saat ia kembali terlelap. “Berangkat masih tidur, pulang sudah tidur,” begitu saya sering menyebutnya. Tapi begitulah perjuangan, penuh pilihan, penuh pengorbanan.

Di tengah jalan yang masih sepi itu, Allah menghadirkan sosok pembimbing. KH. Miftahul Asror bukan hanya seorang pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Hikmah Karang Sukorejo Parengan dan Kepala SMK Miftahul Hikmah, tapi juga pemimpin yang hidupnya melekat dengan perjuangan. Saat saya masuk di Kecamatan Parengan, beliau menjabat sebagai Ketua Tanfidziyah MWCNU dari tahun 2019 hingga 2024. Jiwa organisasinya begitu kuat, semangatnya tak pernah padam, dan kesederhanaannya justru menjadi sumber kekuatan.

Beliau bukan tipe pemimpin yang duduk di menara gading. Meskipun memiliki banyak santri dan jadwal mengaji yang padat di berbagai wilayah, beliau tetap hadir di tengah-tengah kami, mendorong, memotivasi, dan mendoakan. Dan kini, alhamdulillah, beliau dipercaya sebagai Sekretaris PCNU Tuban – sebuah amanah besar yang sepadan dengan dedikasi beliau selama ini.

Namun, sebelum saya mengenal langsung sosok beliau, ada satu orang yang menjadi jembatan, Bapak Muhtadin, atau yang akrab kami sapa Pak Tadin. Beliaulah sekretaris MWCNU Parengan pada masa itu. Lewat tangan dinginnya, saya dikenalkan dan disambungkan kepada Pak Yai Mifta. Sebuah pertemuan yang membawa banyak keberkahan dalam hidup dan perjuangan saya sampai hari ini.

Saya tak mampu membalas segala kebaikan dan bimbingan yang telah beliau berikan. Namun, dari lubuk hati yang terdalam, saya panjatkan doa:

Jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan lahir dan batin kepada beliau, menguatkan langkah perjuangannya di jalan Allah, melancarkan segala urusan, dan menjadikan keluarganya keluarga yang sakinah, mawaddah, rohmah wa barokah.
Semoga usia beliau berkah, dan semua yang beliau jalani pun diliputi keberkahan. Aamiin.

Komentar