Perjalanan ini bukan sekadar perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain. Ini adalah perjalanan jiwa perjalanan spiritual—sejauh 8.000
kilometer—yang menyisakan banyak air mata, diam-diam penuh luka, dan begitu
banyak kejadian yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Ada hal-hal yang tak
bisa saya ungkapkan di sini, tapi biarlah hati yang mencatatnya dan waktu yang
membimbing untuk memahaminya.
Setiap peristiwa di sepanjang perjalanan menjadi cermin
untuk bermuhasabah. Ada pelajaran hidup yang begitu dalam, pelajaran yang tak
bisa dibeli, hanya bisa dijalani. Saya dipaksa untuk belajar melepaskan...
belajar melupakan sesuatu yang setiap kali terlihat, selalu membawa ingatan
yang pedih. Rasanya berat, tentu saja. Tapi hidup memang tak selalu memberi
waktu untuk siap.
Kadang, kita tak bisa mengembalikan sesuatu ke kondisi
semula. Seperti cermin yang pecah—meski bisa direkatkan kembali, tetap tak akan
utuh seperti sebelumnya. Begitu pula dengan hati, prinsip, dan harga diri.
Sekali retak, perlu waktu dan kebesaran jiwa untuk kembali berdiri tegak. Tapi
justru di situlah nilai sebuah prinsip: ia diuji dalam keretakan, bukan dalam
kenyamanan.
Saya belajar bahwa memiliki prinsip dan harga diri bukan
sekadar pilihan, tapi kebutuhan. Keduanya menjadi fondasi untuk tetap
berintegritas—melakukan sesuatu bukan karena ingin terlihat hebat, tapi karena
ingin menjadi manusia yang bermanfaat. Yang hadir membawa kontribusi, bukan
sekadar eksistensi.
Perjalanan ini mengajarkan bahwa bertahan bukan berarti
lemah. Kadang, bertahan pada sesuatu yang tampak salah di mata orang lain
justru adalah kekuatan—karena hanya kita yang benar-benar tahu alasan di
baliknya. Biarlah orang menilai. Itu hak mereka. Tapi kita juga punya hak untuk
terus berjalan. Keep going. Karena hidup akan menemukan jalannya sendiri.
Takdir tak pernah tertukar.
Semoga setiap kilometer perjalanan ini menjadi saksi bahwa
saya sedang belajar... belajar menerima, belajar menguatkan diri, dan terus
berharap pada ampunan serta pertolongan Allah SWT. Semoga semua ini bermuara
pada ridha-Nya.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar